Tadi baru saja saya mengikuti ujian. Ujiannya mirip dengan ujian meja. Dikatakan seperti itu karena terdapat meja di hadapan saya. Mejanya besar dan lebar sekali. Iya sekali, cukup sekali saja, itupun kalau mejanya besar dan lebar dua kali, pasti akan kebesaran. Terlalu kejauhan nantinya dengan penguji.
Ujiannya lisan. Itu artinya ketika pengujimu bertanya maka kamu harus menjawab dengan suara, bukan menulisnya pada sebuah kertas. Mungkin pengujinya sadar akan Global Warming jadinya dia lebih memilih lisan, bukan tulisan.
Sebenarnya besar harapan saya untuk ujian tulis. Ujian tulis sangat bagus (itupun bagi saya), karena ujian tulis itu adalah ujian di mana kamu bisa merangkai kata demi kata sebisa kamu tanpa mimik yang akan menunjukkan kalau kamu sedang lupa belajar atau tidak belajar sama sekali.
Setelah saya hitung tanpa kalkulator dan tanpa rumus, pengujinya itu ada dua orang. Yang satu gagah dan yang satu lagi cantik. Mereka berduet. Mereka featuring untuk membantai saya.
Pengujinya itu lucu, iya mereka itu lucu karena berhasil membuat saya tertawa. Tertawa dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Saya tertawa karena tidak tahu. Bukan karena tidak mau tahu tapi karena memang saya tidak tahu. Saya pas dan sepertinya abstain. Inilah jadinya kalau lupa belajar padahal saya diajar sudah 8 kali hari sabtu.
Pertanyaannya sebenarnya mudah tapi jawabannya yang susah. Ada pun pertanyaannya mengenai kata-kata yang terlalu kontekstual. Andai saja soalnya tentang hitung-hitungan pasti saya tidak akan pas, tidak akan bengong, tidak melongok dan akhirnya tertawa pada diri sendiri. Setidaknya kalau tentang hitung-hitungan ilmu hitung utang saya waktu saya berutang di warung mace-mace di kampus bisa saya pakai.
Ya sudahlah,
Doakan saja saya lulus !
Saya tidak mengulang in house training berikutnya.
Do’akan supaya tidak lagi terganggu 8 kali malam mingguan saya.
semoga lulus ujiannya, semangaaattt :D
ReplyDeleteaminn, makasih diah :)
ReplyDelete