Friday 17 December 2010

Kami Kira Kartu Kredit

Gara-gara hujan malam ini saya bertapa lagi di rumah. Seperti biasa, malam ini saya memanfaatkan waktu yang ada dengan menjelajah di dunia maya. Sambil bermain game saya sesekali mengintip ke Facebook. Karena bagi saya sarana yang paling baik untuk berkomunikasi saat ini adalah via FB (beginimi kasian kalo nda ada pulsa). Kurang lebih sekitar 60-an teman saya yang o-el, sekilas melihat siapa saja teman saya yang o-el ternyata ada satu yang membuat saya penasaran untuk melihat PP-nya (bukan Pamong Praja nah tapi Photo Profil).
He is Fadly Anggriawan yang biasa saya panggil Anggie. Melihat PP-nya yang baru yang begitu kecil di obrolan sayapun segera ke Profil Anggie. Setelah saya melihat ke Profilnya nda tau kenapa langsung ka’ ketawa sampe’ guling-guling sendiri di kamar. Memang bagi agangs tidak ada yang lucu dari foto ini tapi bagi saya melihat foto itu mengingatkan saya pada kejadian 2 tahun silam. FYI (For Your Information), anggie itu sohibku sejak dari maba yang sekarang bernama lengkap Fadly Anggriawan, S.Kel. Tak jarang kami disangka tidak normal karena sering jalan bareng, belajar bareng, makan bareng, tidur bareng, mandi bareng (di kolam renang maksudnya) terus kami juga sangat jarang terlihat jalan sama kaum hawa (sorry kami berdua normal ji nah). Tapi sayang Anggie meninggalkanku di kelautan pada bulan Desember tahun lalu (hikss..) dan sekarang lagi kuliah di pasca sarjana UH. Semangat bro, mudah-mudahan bisa seperti pacemu yang Prof.

inimi PP-nya Anggie yang lagi berpose minta ampun di depan kamar 508


 Ok kembali ke kejadian 2 tahun silam.
Kejadian itu berawal dari terpilihnya kami berdua untuk mewakili UNHAS dalam Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Se-Indonesia Timur bersama satu lagi teman saya dari Fakultas peternakan dan juga tiga orang dari fakultas teknik yang pada waktu itu juga mengikuti pelatihan Robotika di tempat yang sama. Senanglah pokoknya waktu itu, karena selain dapat ilmu pengetahuan kami juga mendapat teman dari kampus yang berbeda.  Setelah selesai acara pembukaan di Hotel Horison kami diberi kamar untuk menginap selama 3 hari bersama teman kelompok dan waktu itu saya cuma sekamar dengan Anggie. Kemudian Segera kami ke lobby untuk melakukan reservasi. Tanpa banyak tanya saya dan Anggie mengisi buku tamu dan mendapatkan sebuah amplop yang dibagikan untuk setiap kelompok yang saat itu anggie yang menerimanya. 
“Apa isinya itu, Anggie ?” tanyaku sambil melihat receptionist yang sumpahka’ manisnya minta ampun. “Nda tau katanya kunci bede” jawab Anggie. Karena merasa sangat kelelahan kamipun segera ke kamar kami yang kalau tidak salah waktu itu kamar 508. Kami menuju kamar 508 dengan naik tangga darurat ke lantai 3 lalu dari lantai 3 menggunakan lift ke lantai 5. Pongoro’ memang saya sama Anggie waktu itu tapi dengan alasan banyak jalan itu sehat maka kami dengan senang hati melakukkannya (hahah..jago memang ngeles), sebenarnya kami tidak tahu naik lift waktu itu, maklumlah wong deso dan untuk pertama kalinya kami menginjakkan kaki di hotel (sorry Anggie buka kartuka’). Akhirnya tiba juga kami di depan kamar 508. Dan terjadi percakapan diantara kami berdua :

Saya : “mana kunci Anggie ?”
Anggie : “tunggu dulu saya cari” kata Anggie sambil membuka amplop yang diberikan.
Anggie : ih.. knp nda adaki kuncinya ? padahal tadi itu receptionist bilang sama kuncinya mi ini”
Saya : “masa’ ? serius ko deh ? nda kau kasi’ jatuh ji ?”    
Anggie : “iyo serius ka’, isinya ini amplop cuma brosur ini hotel ji sama nda tau kenapa ada semacam kartu kredit ini, mungkin kartu member hotel ini di’ ? liat mako !”
Saya : “iyo di” sambil melihat isi amplop

Tidak lama kemudian lewat teman kami yang kebetulan bersebelahan kamar dengan kami, dengan sok ja’im saya dan anggie berlagak menjauh dari pintu kamar kami dan seolah-olah melihat kolam renang yang ada di depan kami sambil memperhatikan bagaimana cara teman kami masuk. Karena kami selalu memakai prinsip malu bertanya jalan terus. hahaha…. Kentara mi tolonya. 

Saya : “ich…inimi kuncinya anggie, liat mako sana itu orang!” sambil memegang benda yang semacam kartu kredit itu tadi.
Anggie : “iyo tawwa” katanya sambil tertawa terbahak-bahak menertawai kebodohan kami.

Setelah tidak terlihat orang di lorong kamar kami, anggie dengan lincah mencoba membuka kamar itu.
Mungkin sekitar 5 menit baru kamar itu terbuka, nda tau kenapa susah sekali atau kami yang betul-betul wong deso. Ternyata saya sama anggie itu kentara sekalimi kampungannya setelah masuk ke dalam kamar hotel.

Saya : “Nyalakan dule lampunya, gelap sekali”
Anggie : “Iyo saya cari-carimi inie saklarnya, mana di’ ?"
Saya : “ich…kenapa nda mauki menyala inie padahal semua saklarmi kita coba”
Alhamdulillah kebodohan kami teratasi setelah saya anggie yang aslimi kacca’ sekalia berhasil menyalakan lampu setelah menaruh benda yang semacam kartu kredit itu di sebuah tempat yang terletak di dinding hampir di bagian belakang pintu masuk. Oh Thanks GOD.
“tawwa dari manako bisa tau ?” tanya saya sambil tertawa dan menggaruk-garuk kepala.
“hahaha….saya pernah liat di tipi” jawabnya sambil lompat di kasur yang empuk sekalia.

Enak mentong itu hari, bisa tidur gratis, makan gratis (tapi buka puasa ji sama sahur, ka bulan ramadan bela), O-el gratis terus pulang dapat lagi komisi beberapa lembar uang Soekarno. (kodong, dari kecil tinggal di kota tapi kampungannya minta ampun).

Itumo dulu deh yang saya cerita, sebenarnya banyak yang lebih gila tapi nanti marahki my bro Anggie.
Sorry Anggie….. bukan maksud untuk merusak citra bapak dosen tapi sekedar mengenang masa laluji bro.


Ok Makasih sudah di baca !

Anda Bingung, saya bingung
yang penting bisa Ketawa.....

          

No comments:

Post a Comment

Komen Maki' ! Gratis ji, tapi jangan pake nama Anonim nah ^_^